Sabtu, 12 Oktober 2013

Ambis

Kuharap kata itu benar adanya
Merasuk dan masuk ke dalam ragaku
Tapi, sayang tidak demikian
Mereka hanya melontarkan gurauan
Tanpa arti tanpa bukti

Kuharap kata itu benar-benar kulakukan
Setidaknya rasa malasku telak kutaklukan
Namun, tidak demikian
Muak kusadari bahwa itu tak pernah terjadi
Dalam diriku seakan bersih dari anggapan mereka tentang FTI

Wahai yang berseloroh hinaan
Wahai yang merasa dirinya tidak pernah ambis
dan menghakimi seseorang hanya karena pencitraan
Hentikan detik ini juga kata itu
Sebelum kenyataan menusuk
dan merobek
Mulutmu yang busuk
bahwa kau bersumpah tak akan melakukannya
Tapi ternyata kau ambis pula
Janjimu terbukti sampah

Ambis,
Itu yang kau ujar
Laksana sastrawan yang genap belajar
Kau berkata seolah mengerti makna kata
Mengecam buruk sebuah sikap yang kau sebut ambis
Memandang kami disini dengan tatapan sinis
Tapi ternyata kau buta realita
Kau lupa berkaca mata
Sehingga rabun dengan ambisnya dirimu sendiri

Ambis,
Itu yang kau bilang
Menganggap rasa sosial kami menghilang
Menduga bahwa kami tak berperasaan
Memakan teman, kawan, atau apapun yang menghadang
Namun, tidakkah harga dirimu hilang?
Ketika semuanya itu ternyata kebohongan
Dan kami hanya bertindak lebih baik
Untuk membungkam mulutmu
Tak perlulah kami membalas
Cukup bukti bahwa kau tak berintegritas

1 komentar: