Selasa, 17 Desember 2013

Pinta Sang Ayah

Dilema tak berkesudahan yang dia alami menghiasi kisahnya. Sebuah pilihan yang sama-sama berat, wujud buah simalakama yang hadir dalam kehidupan nyata. Ia tahu bahwa restu ayahnya hanya bisa digapai dengan mengabulkan pintanya. Namun, bagaimana kalau sang ayah terlalu  sukar untuk mengerti. Ia tak pernah mengerti, mengapa bisa-bisanya menolak keinginan figur yang ia kasihi dan mengasihinya sedari dulu sampai masa maturasinya. Yang ia tahu bahwa keinginan ayahnya itu memiliki mudarat ketimbang maslahat. Ia hanya bisa mengangguk atas kehendak sang ayah namun bergeming untuk bertindak. Ketika penjelasan dan dalih disampaikan, ayahnya tak kunjung tersambung. Lalu, berakhir sama : rengekan yang berulang kali minta dipenuhi. Dan dirinya pun sama, hanya kuping yang mendengar tanpa mengamini.

Hari demi hari ia makin gusar dan tak kuat menahan diri. Akhirnya ia memutuskan untuk berlari. Lari dari suasana kebersamaan itu, dan mengurangi obrolan yang selama ini terjalin. Demi menghindar dari luapan dilema yang kian tak terbendung. Jiwanya berteriak pada keadaan yang membingungkan, tanpa suara. Hanya lara. Kenapa hubungan putra dan bapak harus sedemikian pelik. Ia tak tega menghindar tapi juga terlalu lelah untuk mendengar. Rengekan minta dipenuhi. Dan ia tahu, ayahnya tak akan pernah lelah untuk terus meminta.

Senin, 14 Oktober 2013

Antara Dua Kota

Andai manusia juga bersayap
Layaknya malaikat yang secepat kilat
Tak akan ada getir rasa di dada
Atau keluh yang merasa jauh
Dalam cerita di antara dua kota

Silakan saja bertanya
Akan jengahnya bus kota berkelana
Ataupun retakan jalan cipularang yang kerap terlindas
oleh hiruk pikuk antarkota antarbatas
Bagaimana mereka berharap
Waktu bisa dipercepat
Sehingga perjalanan ini bisa dipersingkat
Dan kisah antara dua kota tak lagi terasa berat

Cerita dua kota
Tentang cemas yang hadir bak mimpi buruk
Atau pun bisikan hati yang memanggil tuk pulang
Saat berguru di negeri orang
Menjadi makanan sehari-hari
yang tak mampu dihindari
Tentang insan di tengahnya
Yang terpaksa menelan  rindu
Menahan hati akan bayang mereka yang menanti
Kehadiran di setiap saat

Dua kota
Semoga menjadi saksi bisu perjuangan
Betapa jarak bukan alasan
Untuk enggan menempa diri
Juga meneguk samudra ilmu di kejauhan
Demi mencapai mimpi dan tujuan

Dua kota
Semoga terasa dekat
Seiring ketabahan hati dan tekad yang kuat
Menemani ketika kekosongan menjerat
Dan jarak bukan lagi masalah
Ketika restu orang tua menjamah
Hingga semangat yang melimpah ruah
Tercipta demi membalas kasih yang tak pernah lelah

Kisah di antara dua kota
Semoga tidak berakhir di ujung yang salah



Bogor - Bandung yang jaraknya jelas tidak sesingkat angkot 06 - 10





Sabtu, 12 Oktober 2013

Ambis

Kuharap kata itu benar adanya
Merasuk dan masuk ke dalam ragaku
Tapi, sayang tidak demikian
Mereka hanya melontarkan gurauan
Tanpa arti tanpa bukti

Kuharap kata itu benar-benar kulakukan
Setidaknya rasa malasku telak kutaklukan
Namun, tidak demikian
Muak kusadari bahwa itu tak pernah terjadi
Dalam diriku seakan bersih dari anggapan mereka tentang FTI

Wahai yang berseloroh hinaan
Wahai yang merasa dirinya tidak pernah ambis
dan menghakimi seseorang hanya karena pencitraan
Hentikan detik ini juga kata itu
Sebelum kenyataan menusuk
dan merobek
Mulutmu yang busuk
bahwa kau bersumpah tak akan melakukannya
Tapi ternyata kau ambis pula
Janjimu terbukti sampah

Ambis,
Itu yang kau ujar
Laksana sastrawan yang genap belajar
Kau berkata seolah mengerti makna kata
Mengecam buruk sebuah sikap yang kau sebut ambis
Memandang kami disini dengan tatapan sinis
Tapi ternyata kau buta realita
Kau lupa berkaca mata
Sehingga rabun dengan ambisnya dirimu sendiri

Ambis,
Itu yang kau bilang
Menganggap rasa sosial kami menghilang
Menduga bahwa kami tak berperasaan
Memakan teman, kawan, atau apapun yang menghadang
Namun, tidakkah harga dirimu hilang?
Ketika semuanya itu ternyata kebohongan
Dan kami hanya bertindak lebih baik
Untuk membungkam mulutmu
Tak perlulah kami membalas
Cukup bukti bahwa kau tak berintegritas