Mana yang lebih
baik? Datang tapi tidak membuat perubahan yang signifikan? Atau tidak datang
sama sekali? Seringkali datang hanyalah makna sebuah pengakuan bahwasanya ia
hadir, tetapi apakah kehadirannya telah memberikan sedikit saja titik terang
terhadap pertemuan itu. Makna sebuah kehadiran berarti bahwa setidaknya ada
usaha dan kepedulian untuk ikut berkontribusi daripada tidak hadir sama sekali.
Dengan hadir tertepislah hujjah jikalau
seseorang tidak pernah niat memberikan kontribusi, katanya. Bagaimana kalau
begini, hadir, namun hadir sebagai orang lain. Enggan terlibat dan hanya
menjadi penonton. Bukankah itu juga sebuah indikasi kepedulian, walau sepercuma
tetesan nila di tengah samudra?
Banyak yang
seperti itu, serupa ion penonton yang tidak ikut dalam reaksi kimianya. Mereka
bilang kontribusi bisa dilihat dari bukti hitam di atas putih, kehadiran yang
ditandai beberapa centang di kolom daftar hadir. Kuantitas memang selalu
menjadi bukti kokret, ralat, bukti termudah untuk menunjukkan kontribusi dan
usaha. Tapi sangat sulit menentukan siapa yang benar-benar memberi dan siapa
yang menenggelamkan diri dalam kesia-siaan. Hanya mengandalkan eksistensi dan kalimat
aji pamungkas : “Setidaknya saya hadir.”
Memang, menyerah
di awal itu tidak baik. Kata siapa takdir bisa ditebak hanya dari timbang menimbang.
Kepercayaan adalah barang langka sekaligus barang yang paling sering jadi
alasan, kenapa enggan melangkah barang sedikit. Mengulang langkah yang sama,
sungguh berat, khawatir akan sepandir keledai, bahkan keledai pun tidak pernah
jatuh di lubang yang sama. Namun, setiap insan punya alasan kenapa ia memilih
diam, memilih bergeming, dan enggan mencoba lagi. Setiap insan berhak atas
pilihannya, mengambil risiko kembali yang bisa berarti mengulang tragedi yang
persis, atau melepaskannya. Dan itulah alasan kenapa segelintir orang bisa
memilih untuk tidak hadir, dan berdalih takut gagal untuk memberi perubahan. Alasan yang menyiratkan bahwa mereka tak ingin sekadar menjadi angin lalu. Alasan yang menyatakan bahwa mereka bukanlah orang yang memuja eksistensi tanpa kontribusi yang berarti.